Sabtu, 06 Maret 2010

Panorama Ranu Kumbolo Yang Eksotis


Saat lelah mendaki, ku singgah sejenak di Ranu Kumbolo dan menikmati pemandangan yang luuuuuuuuaaaaaaaaaaaarr biasaaaaaaaaaaa....
Lumajang, 5/3 (ANTARA) - Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, gunung tersebut merupakan salah satu gunung aktif yang terletak pada ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut.
Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko yang selalu menyemburkan asap disertai material vulkanik.
Di lereng gunung tertinggi tersebut, terdapat sebuah danau yang memiliki pemandangan yang sangat memukau dan eksotis yakni Ranu (danau) Kumbolo.
Kepala Bidang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto, mengatakan, banyak pemandangan yang sangat indah menuju ke puncak Semeru, salah satu di antaranya adalah Ranu Kumbolo.
"Biasanya para pendaki yang hendak melakukan perjalanan menuju ke puncak Semeru akan beristirahat atau mendirikan tenda di tepi danau yang eksotis ini," kata Anggoro.
Untuk menuju ke Ranu Kumbolo, wisatawan bisa menempuh perjalanan melalui Kota Malang atau Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Dari terminal kota Malang, anda bisa naik angkutan umum menuju desa Tumpang dan berhenti di terminal Tumpang. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan naik angkutan truk sayuran atau menggunakan jep yang disewakan oleh penduduk sekitar menuju ke Ranu Pani.
"Sebelum menuju ke Ranu Pani, wisatawan harus mampir ke pos TNBTS di Gubugklakah untuk mendapatkan izin pendakian," katanya.
Apabila wisatawan berangkat dari Lumajang, mereka harus menuju ke Desa Ranu Pani di Kecamatan Senduro dengan menggunakan kendaraan pribadi atau naik ojek di sekitar pasar Senduro.
"Wisatawan atau pendaki Semeru yang berangkat dari Lumajang harus memperoleh surat izin dari pos TNBTS di Desa Ranu Pani," katanya.
Ia menjelaskan, perjalanan wisata menuju Ranu Kumbolo memang membutuhkan fisik yang kuat dan perbekalan yang cukup, sehingga wisatawan harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
"Pemandangan sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo sangat memukau, namun pendaki harus tetap waspada dan hati-hati," katanya.
Dari pos TNBTS di Ranu Pani, anda dapat melakukan perjalanan sekitar 5 kilometer menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kemudian anda akan tiba di Watu Rejeng. Disini terdapat batu terjal yang sangat indah.
Pemandangan sangat indah juga dapat dilihat ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Terkadang pendaki dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru.
"Perjalanan dari pos TNBTS Ranu Pani menuju ke Ranu Kumbolo membutuhkan waktu sekitar lima hingga enam jam, tergantung kemampuan masing-masing wisatawan," katanya.
Di Ranu Kumbolo, pendaki dapat mendirikan tenda atau beristirahat di sebuah pondok pendaki (shelter).
Pendaki juga bisa menikmati pemandangan indah di tepi danau yang airnya bersih dan jernih. Banyak terdapat ikan dan burung belibis liar di sana.
Pemandangan yang tidak boleh terlewatkan di tepi Ranu Kumbolo adalah saat matahari terbit (sunrise) muncul dari balik bukit. Panorama eksotis dan memukau di Ranu Kumbolo tidak akan terlupakan oleh pendaki atau wisatawan yang pernah ke sana.
"Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 mdpl dengan luas 14 hektare. Memag benar pemandangannya cukup indah di sana," katanya.
Ia menjelaskan, rute jalur pendakian Semeru yang harus dilalui antara lain Ranu Pani - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo - Oro-oro Ombo - Cemoro Kandang - Jambangan - Sumbermani - Kalimati - Arcopodo - Cemoro Tunggal - Mahameru.
"TNBTS biasanya menutup jalur pendakian ke Semeru selama musim hujan karena khawatir terjadi longsor dan badai yang dapat membahayakan para pendaki," katanya.
Hampir Setiap tahun, kata dia, TNBTS menutup jalur pendakian Semeru selama empat bulan terhitung sejak Desember hingga April, sehingga wisatawan juga harus memperhatikan hal tersebut.
"Penutupan jalur menuju obyek wisata Semeru juga bertujuan 'recovery' ekosistem di kawasan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu," katanya.
Sebelum jalur pendakian Semeru dibuka, kata Anggoro, petugas TNBTS akan melakukan survei jalur pendakian untuk memastikan jalur tersebut tetap bisa dilewati dan aman bagi pendaki.
Anda yang suka melakukan perjalanan wisata penuh tantangan, obyek wisata panorama Ranu Kumbolo merupakan salah satu pilihan yang luar biasa, namun anda harus menunggu pembukaan jalur pendakian lebih dulu.
Namun anda juga harus membawa perlengkapan baju hangat dan perbekalan makanan yang cukup karena suhu udara di sana sangat dingin.
Di Ranu Kumbolo, anda akan menemukan obyek wisata dengan panorama alam yang memukau dan masih alami.Selain itu, anda juga bisa memancing ikan air tawar di sana.

MENANTANG MAUT DEMI MENGGAPAI PESONA MAHAMERU


Sepenggal cerita singkat perjalananku ke gunung tertinggi di Pulau Jawa bersama kawan-kawan Organisasi Pencinta Alam (OPA) Mapalus FISIP Universitas Jember.

Lumajang, 30/12 (ANTARA) - Udara dingin mulai terasa sejak memasuki kawasan Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Bahkan sepanjang perjalanan menuju pos pendakian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Resort Ranu Pani, hujan mengguyur kawasan setempat. Setelah hujan turun, beberapa saat kemudian muncul kabut yang cukup tebal menyelimuti sepanjang jalan menuju kaki Gunung Semeru di Desa Ranu Pani, sehingga kendaraan harus berhati-hati karena jarak pandang kurang dari 10 meter saja. Kendati musim hujan di bulan Desember ini, sejumlah pendaki dari berbagai kota terus berdatangan di pos TNBTS di Desa Ranu Pani untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru karena biasanya jumlah pendaki yang naik ke Semeru meningkat pada musim liburan. Sebelum melanjutkan perjalanan pendakian, para pencinta alam yang melakukan pendakian ke Gunung Semeru harus meminta izin di kantor TNBTS Resort Ranu Pani. "Kami harus meminta izin dan menyampaikan jumlah rombongan kami yang akan melakukan pendakian ke Semeru supaya pihak TNBTS bisa mengetahui berapa banyak dan siapa saja yang akan melakukan pendakian," kata anggota organsasi pencinta alam (OPA) Mapalus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember, Datuk Erwin Kurniawan, Kamis (24/12). Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya yang dikenal sebagai Mahameru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko yang selalu menyemburkan asap disertai material vulkanik. Posisi gunung tertinggi di Pulau Jawa ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Menurut Datuk, pendakian yang dilakukan oleh OPA Mapalus FISIP tahun 2009 ini tidak bisa naik ke puncak Semeru karena pengelola TNBTS membatasi pendakian hanya di kawasan Kalimati. Pendakian dilakukan hingga Ranu Kumbolo karena ada beberapa anggota OPA Mapalus yang sakit. "Imbauan dan prosedur pendakian hingga Kalimati harus dipatuhi demi keselamatan nyawa kami. Namun tidak sedikit pendaki yang nekat naik ke Mahameru demi mendapatkan kepuasan batin bisa menjejakkan kaki di puncak Semeru," katanya. Ia menjelaskan, rute jalur pendakian Semeru yang harus dilalui antara lain Ranu Pani - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo - Oro-oro Ombo - Cemoro Kandang - Jambangan - Sumbermani - Kalimati - Arcopodo - Cemoro Tunggal - Mahameru. "Untuk melakukan pendakian dari Ranu Pani menuju puncak Semeru dan kembali ke Ranu Pani dibutuhkan waktu minimal empat hari," katanya. Ia mengatakan, pendakian ke Gunung Semeru memerlukan persiapan yang cukup matang baik fisik maupun mental supaya perjalanan pendakian tidak mengalami hambatan dan tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. "Apabila kami tidak mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, maka kemungkinan terburuk bisa terjadi seperti yang dialami beberapa pencinta alam yang harus menghembuskan napas terakhirnya di puncak Semeru," katanya. Perjalanan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo (2.400 mdpl) membutuhkan waktu sekitar lima jam, namun faktor cuaca juga sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya perjalanan menuju kawasan danau yang cukup indah. Kawasan Ranu Kumbolo sering dijadikan tempat peristirahatan pertama bagi para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan menuju puncak Semeru. "Pendakian pada bulan Desember ini, kami terpaksa menempuh perjalanan Ranu Pani-Ranu Kumbolo selama tujuh jam karena hujan deras mengguyur sepanjang perjalanan dan ada anggota kami yang sakit di Watu Rejeng," paparnya. Ia mengemukakan, rute jalur pendakian terberat adalah kawasan Arcopodo (2.900 mdpl) menuju Mahameru yang ditempuh selama empat jam dengan melewati bukit pasir yang sangat curam dan kemiringannya sekitar *** derajat. "Ketika kaki kami melangkah sebanyak lima langkah di kawasan Arcopodo, langkah kami mundur sebanyak dua langkah karena medan bukit pasir di Arcopodo kondisinya kurang stabil dan mudah longsor," katanya. Perjalanan menuju puncak Semeru harus ekstra hati-hati karena tidak sedikit pencinta alam yang tewas saat menapakkan kaki di puncak Mahameru seperti yang dialami oleh Soe Hok Gie pada tahun 1969. Gie meninggal bersama temannya Idhan Lubis karena menghirup gas beracun dari Kawah Jonggring Saloko. Sejumlah prasasti yang dibuat oleh teman dan keluarga para pendaki yang tewas di sepanjang jalur menuju Mahameru membuat pendaki yang hendak naik ke puncak Semeru semakin pasrah terhadap takdir yang ditentukan oleh Allah SWT. Prasasti tidak hanya diletakkan di kawasan Arcopodo, di kawasan Ranu Pani juga terdapat sebuah prasasti pencinta alam bernama Rommy Defianto yang tewas pada tahun 2002 lalu. Dalam prasasti itu tertulis sebuah puisi: Dengan tiada raga kutelusuri jejak Mu Hanya dengan jejak kakiku kugapai puncak Mu Inilah salam cintaku pada Mu Hingga kuterbaring di sisi Mu "Kami pasrah apa pun yang terjadi pada saat menuju puncak Semeru. Di kawasan Arcopodo sering terjadi badai dan angin kencang, bahkan sejumlah pendaki sempat terhempas dan nyaris tewas diterjang badai yang cukup ekstrim menuju Mahameru," kata Datuk. OPA Mapalus, kata dia, pernah mendapat pengalaman yang cukup menegangkan karena seorang teman dalam kelompoknya tersesat di Arcopodo, padahal cuaca saat itu tidak bersahabat. Sejumlah aktivis Mapalus akhirnya melakukan pencarian di kawasan Arcopodo dan beruntung teman yang tersesat berdiam diri dan tidak melanjutkan perjalanan. "Saya khawatir karena jalur yang diambil oleh teman kami salah dan berujung pada jurang yang dalamnya 75 meter, namun beruntung teman kami tidak melanjutkan perjalanan dan hanya menunggu kedatangan kami yang melakukan pencarian," katanya. Hal senada juga disampaikan oleh anggota OPA Mapalus lainnya, Tapai Arista Kurnia yang sudah tiga kali naik ke puncak Semeru beberapa tahun lalu. "Memang butuh perjuangan yang cukup keras untuk naik Gunung Semeru hingga menggapai puncak tertinggi di Pulau Jawa ini," kata Tapai. Mahasiswa asal Bondowoso ini sempat trauma saat menggapai puncak Semeru untuk pertama kalinya pada tahun 2004 lalu. "Saya sempat frustasi ketika melangkahkan kaki di kawasan Arcopodo menuju Mahameru. Kaki saya terasa berat karena debu vulkanik dari Jonggring Saloko cukup tebal hingga semata kaki, dan rasanya tidak akan pernah sampai kaki ini melangkah hingga puncak Semeru," katanya. Ketika sampai di puncak Semeru, lanjut dia, betapa bangganya bisa melihat fenomena yang luar biasa yakni melihat semburan asap dari Jonggring Saloko yang menyemburkan batuan vulkanik dan debu setiap 15-30 menit sekali. "Kami menyebut gumpalan asap itu sebagai 'wedhus gembel' karena bentuknya menyerupai kambing gibas yang sungguh luar biasa," kenangnya. Ia mengemukakan, tidak semua pendaki bisa menggapai puncak Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini. Bahkan sebagian pendaki harus merelakan nyawanya demi menggapai Mahameru. "Tidak sedikit masyarakat awam mengatakan para pendaki menantang maut untuk menggapai puncak Semeru. Namun bagi kami, ada kepuasan batin tersendiri yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata, ketika pendaki sudah menaklukan Mahameru," katanya. Saat di puncak Semeru, pendaki tidak boleh terlalu lama berada di kawasan puncak karena seluruh pendaki harus meninggalkan kawasan Mahameru sebelum pukul 10:00 WIB. Asap beracun dari kawah Jonggring Saloko biasanya menyembur pada saat itu dan dapat menyebabkan kematian bagi para pendaki. "Meski hanya lima menit di Mahameru, kami bisa merasakan keindahan yang luar biasa dan sensasi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," paparnya. Untuk menuruni puncak Semeru, kata dia, pendaki juga harus tetap waspada karena bongkahan batu yang terkesan kokoh, ternyata mudah longsor dan tidak jarang material itu longsor secara tiba-tiba dan menimpa sejumlah pendaki yang berada di bawahnya. Sebagian pendaki terkadang tersesat ketika menuruni jalur dari puncak menuju Arcopodo karena mengambil jalur yang salah yang berujung pada jurang dengan kedalaman yang cukup curam hingga 75 meter atau yang akrab dikenal dengan Blank 75. "Seorang pendaki asal UGM Yogyakarta yang bernama Andika Listiyono ditemukan tewas di Blank 75 pada beberapa bulan lalu," katanya. Risiko terburuk yakni kematian, kata Tapai, sudah menjadi pertimbangan tersendiri bagi pencinta alam yang melakukan pendakian di sejumlah gunung api di Indonesia. Namun, seluruh pendaki tidak ingin meninggal saat menggapai sejumlah puncak gunung api di Indonesia, termasuk Mahameru. "Pendaki yang tewas biasanya karena kecelakaan terjatuh di jurang atau tersesat sehingga kehabisan perbekalan dan kelaparan. Pencinta alam biasanya dilatih untuk bertahan hidup (survive) selama beberapa hari di alam bebas," paparnya sambil menunjukkan sejumlah buku yang harus dipelajari oleh pencinta alam untuk bertahan hidup di hutan. Pencinta alam tidak boleh mengabaikan prosedur tetap dan larangan yang disampaikan oleh pengelola TNBTS dalam melakukan pendakian ke Gunung Semeru karena hal itu demi keselamatan para pendaki. "Kami sangat menyayangkan sebagian pendaki yang nekat ke Mahameru, padahal TNBTS membatasi pendakian hingga Kalimati pada bulan Desember ini. Biasanya pada musim hujan seperti ini sering terjadi cuaca buruk dan kawasan Arcopodo longsor sehingga jalur ke puncak tertutup longsoran material vulkanik," katanya. Sementara petugas polisi hutan TNBTS di Resort Ranu Pani, Joko Glemboch Puriady, mengatakan, sejak tahun 1969-2009 tercatat sebanyak 27 orang yang meninggal selama perjalanan menuju puncak Semeru, satu orang di antaranya adalah pendaki asal Jerman yang bernama Vonderbeck. "Vonderbeck meninggal di puncak Semeru. Sebagian besar, pendaki meninggal di kawasan puncak karena menghirup gas beracun atau terjebak di kawasan jalur lahar," tuturnya. Ia menjelaskan, tidak semuanya jasad pendaki yang hilang ditemukan, ada juga pendaki yang belum ditemukan hingga sekarang dan statusnya dinyatakan hilang. Namun ada juga pendaki yang ditemukan dalam kondisi selamat. "Pendaki yang naik ke puncak Semeru harus melakukan persiapan yang cukup dan tidak mengabaikan faktor cuaca yang terkadang ekstrim. Perbekalan juga harus dipertimbangkan supaya pendaki tidak kelaparan dan kehabisan perbekalan selama melakukan pendakian ke puncak Semeru," kata anggota tim SAR TNBTS ini. Selama bulan Desember ini, kata dia, TNBTS membatasi pendakian hingga Kalimati sesuai dengan rekomendasi Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung. "Kami sudah melarang mereka naik ke puncak Mahameru dan membatasi pendakian hingga Kalimati karena dikhawatirkan cuaca buruk terjadi di sana, namun saya yakin masih ada pendaki yang nekat naik ke puncak Semeru," kata pria yang akrab disapa Glemboch ini. Tim SAR TNBTS, lanjut dia, segera melakukan pencarian apabila mendapat laporan pendaki yang hilang di Gunung Semeru supaya nyawa pendaki bisa diselamatkan, apabila tersesat dan terluka. "Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pendaki yang hilang dan tersesat, namun semuanya kembali kepada takdir Tuhan yang menentukan hidup dan matinya manusia," katanya. Jumlah pendaki ke Semeru sejak tanggal 6 Desember hingga 24 Desember pukul 15:30 WIB tercatat sebanyak 420 pendaki, tiga di antaranya pendaki dari wisatawan mancanegara. Ia berharap, para pencinta alam juga memperhatikan standar keselamatan untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru karena jenis gunung tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan gunung api lainnya, supaya pendaki tidak mati sia-sia di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.